Apa pendapat anda ttg blog ini...??

Butuh nyari2 sesuatu . . . ???

Sunday, September 30, 2012

Day 10 (Singapore)


Ketika saya sedang asyik terlelap dalam perjalanan menuju Singapore, saya  terbangun oleh suara-suara orang yang hendak turun dari bus. Bus yang saya naiki adalah double-decker, dansaya kebetulan berada di deck atas (susah untuk melihat kondisi jalan dan bangunan di bawah). Saya pikir kita sudah sampai di Imigrasi Malaysia dan bersiap untuk dilakukan pengecekan paspor. Cukup banyak penumpang yang turun saat itu, mungkin sekitar 40% dari total semua penumpang. karena saya pikir ini adalah imigrasi Malaysia, saya punsegera mengambil tas saya, turun dan mencari kantor imigrasinya. Ternyata, ini bukan kantor imigrasi, hanya terminal biasa. Saya pun hendak kembali lagi ke bus karena dugaan saya salah. Namun, saat saya kembali ke bus, ternyata bus sudah pergi meninggalkan saya. Akhirnya, saya pun tersadar bahwa saya ketinggalan bus, dan saya beraada di terminal Johor Bahru.
Kemudian saya bertanya pada seorang melayu di sana, bagaimana cara agar mencapai Singapore secepatnya. Sedangkan saat itu jam masih menuukkan pukul 04.00. ternyata saya masih harus menunggu bis pertama ke Singapore pukul 4.30. Setelah itu, sayaterus bergantung pada orang melayu tersebut, dengan bus apa dia pergi, maka saya pun mengikutinya. Setelah bus datang, saya kemudian naik dan membayar 2 RM. Setelah naik bus tersebut, saya pun masuk ke Imgrasi Malaysia, kemudian dilanjutkan ke imigrasi Singapore. Menurut saya, imgigrasi Malysia jauh lebih bagus ketimbang imigrasi Sipngapore, tetapi pengawasasn yang diberikan jauh lebih ketat di imgrasi Singapore. Sebelum masuk ke dalam Singapore, kita perlu menuliskan sebuah blangko kedatangan terlebih dahulu. Setelah masuk imigrasi Singapore, kemudian saya tertinggal jejak dengan orang Melayu tadi. Alhasil, saya pun juga tertinggal bis yang tadi saya naiki. Akhirnya, saya pun naik bus Rapid Transit (bus dalam kota) Singapore (yg sudah menggunakan kartu EZLink sebagai pembayarannya). Untungnya, saya masih punya kartu EZ link 2 tahun yg lalu ketika saya berkunjung ke Singapore, dan masih ada saldo sekitar 7 SGD. Sehingga, bisa untuk naik bis dan MRT di dalam singapore.
Akhirnya, saya turun dari bis di MRT Station “Woodlands”. Sampai di Woodlands, waktu baru menunjukkan pukul 05.00. sedangkan MRT di Singapore sudah mulai beroperasi. Tetapi, timbul suatu maslaah baru, karena saya belum sempat membeli 1 dollar Singapore-pun di Malaysia.hanya ada ringgit dan rupiah di dompet. Maka pada hari itu saya tidak membawa uang cash dollar sedikitpun. Sedangkan tujuan pertama saya adalah  ke NTU (Nanyang Technological University), di daerah Jurong West. Saya tahu harus turun di Boon Lay MRT Station  untuk menuju ke sana, tetapi saya tidak ada 1 dollar singapura pun untuk membeli SIM Card Singapore dan menghubungi teman saya. Perlu diketahui, station Boon Lay ini terintegrasi dengan mall Jurong Point. Saya pergi ke stasiun Boon Lay, kemudian saya cari money changer di sana. Ternyata belum ada yang buka. Kata petugas di sana, bukanya money changer tersebut sekitar jam 10-11. Tak mau membuang waktu, saya pun segera berkeliling mall untuk orientasi tempat. Akhirnya, saya menemukan ruangan dekat tangga darurat untuk menunaikan sholat shubuh. Di Singapore memang tidak ada musholla yang disediakan, sehingga kita akan sedikit kwsulitan jika akan menunaikan ibadah sholat 5 waktu. Akhirnya, setelah merenung berfikir selama 1 jam, saya putuskan untuk “nekat” pergi ke NTU tanpa memberitahu teman saya terlebih dahulu.

Setelah menunggu sekitar 2-3 jam di Boon Lay (Jurong Point Mall),saya pun berusaha untuk minta pertolongan uang pada orang-orang sekitar. Ada 2 orang ibu-ibu melayu yang saya tanya bersediakah uang dollar singapore nya saya beli dengan Ringgit, ternyata ibu-ibu itu menolak dengan mentah, ckck ... individualisme di Singapore sudah kuat sekali ternyata.

Karena tak maumenunggu lama, akhirnya saya nekat untuk tetap naik bus menuju ke dorm teman saya di NTU. Kebetulan, saya sedikit lupa nomor berapa dorm teman saya itu. Saya hanya ingat bahwa hall of residence / dorm number-nya sekitar nomor belasan. Kalau gak 13 ya 14. Kemudian saya lihat di peta yang ada sdi station, ternyata ada 2 bus yang menuju ke NTU. Saya pun mencoba naik bus pertama, yakni bus jurusan 201. Setalah saya naik, memang bus tersebut melewati NTU, tetapu ternyata tidak melewati asrama teman saya. Akhirnya saya pun kembali ke Jurong Point di BoonLay -_-“. Kemudian, saya kembali naik bis jurusan 199 (bus satunya yang menuju ke NTU). Alhamdulillah, bus tersebut membawa saya ke asrama teman saya. Sesampainya di asrama teman saya, saya melihat di depan pintu bahwa penghuninya ternyata sudah bukan teman saya, saya ketuk pintu pun tidak ada yang membalas. Akhirnya saya serba bingung waktu itu. Alat komunikasi tidak ada, tidak punya dollar singapore sedikitpun, dan bingung harus ke mana untuk menunggu pukul 10-11.

Akhirnya, muncul ide untuk menghubungi teman saya via Facebook. Sayapun menuju ke LeeWeeNam Library NTU dengan menggunakan shuttle bus dan mengakses internet di sana menggunakan username dan password dari teman saya (Amar) 2 tahun yg lalu. Usut punya usut, ternyata username dan password di sana diubah secara periodik setiap 6 bulan. Dan ternyata, username dan pasword yang saya gunakan ini termasuk putaran yang ke sekian kalinya setelah password itu diganti (sungguh beruntungnya saya waktu itu!). Setelah saya connect ke internet, saya pun menghubungi teman-teman saya dengan menggunakan FB Message. Saya juga berniat membeli 20SGD dari teman saya daripada harus repot-repot menuju ke money changer. Setelah menunggu setengah jam, akhirnya teman saya (Agung) pun datang ke Perpustakaan dengan membawa 20 SGD. Saya pun senang karena teman saya sudah memahami keberadaan saya saat itu di Singapore. Kemudian, saya pun sarapan di kantin kampus, saya makan nasi lemak ayam (menu favorit saya). Lalu, di sana saya bertemu dengan teman saya yang tadi saya gunakan username nya untuk connect internet (Amar). Setelah  itu, saya pun menuju ke Perpustakaan lagi untuk online dan membuka social media. Tak selang beberapa lama, saya akhirnya bertemu dengan teman saya yang lain (Yudho) yang menghampiri saya di perpustakaan. Karena agung siangnya hendak ada ujian, dan Amar juga ada kuliah, maka mereka pun meninggalkan saya, dan saya ditemani oleh Yudho di dalam perpustakaan.

Setelah sholat dhuhur di kampus, saya pun berkumpul dan bercerita banyak kepada teman2 saya di NTU, ada Yudho, Amar, Agung, dan Arif. Kami serasa reuni SMA lagi, hehe. Setelah itu, kami menyempatkan foto bersama di depan Club House NTU.

Selepas dari NTU, saya pun berjalan2 sebentar. Karena sudah familiar dengan daratan Singapura, maka saya pun tak asing lagi dalam mengidentifikasi station2 MRT yang ada.

Tujuan pertama saya adalah ke Chinatown, di sini saya hanya melihat-lihat saja. Tidak ada hal menarik yang saya lihat waktu itu. Hanya pedagang-pedagang khas Chinatown saja. Saya pun sholat di pojok dekat dengan tangga di sebuah gedung di Chinatown. Yah, memang begitulah perjuangan untuk sholat di Singapore :D
Setelah dari Chinatown, saya pun menuju Bugis untuk membeli oleh-oleh. Pertama saya ke Bugis Junction untuk sekedar melihat-lihat, kemudian saya menuju ke Bugis Street untuk membeli beberapa cinderamata kaos dan mem-flash-back perjalanan saya 2 th silam di tempat yang sama. Bugis Street adalah tempat yang paling terkenal di Singapore jika kita mau membeli cenderamata / oleh-oleh di sana. Sama seperti Petaling Street di Kuala Lumpur.

Puas setelah berjalan-jalan di seputaran Bugis, saya pun berniah kembali ke KL. Saya berniat untuk ke Johor Bahru terleih dahulu, baru kemudian naik bus lagi ke KL, karena harga yang ditawarkan lebih murah ketimbang saya langsung dari Singapore ke KL. Saya pun membeli tiket bus tak jauh dari Bugis untuk menuju ke Johor Baru. Tiketnya hanya 2 SGD, cukup murah.

Setelah saya naik bus, sekitar 1 jam kemudian saya sudah sampai di Imigrasi Singapore. Setelah dilakukan pengecekan paspor dsb, saya pun kembali ke bus, tak ada masalah. Tetapi ketika saya masuk ke imigrasi Malaysia, masalah baru muncul, karena ternyata saya lagi-lagi ketinggalan bis menuju ke Johor Baru. Ya, benar-benar ketinggalan. Padahal sudah saya usahakan untuk bergerak sangat cepat di dalam imigrasi, tetapi ternyata bis sudah meninggalkan saya. Bis-bis di semenanjung melaka memang terkenal sangat cepat bila melewati imigrasi negara, dan wajar jika meninggalkan penumpang yang terlalu lama di imigrasi.
Bingung hendak naik apa saya ke Johor Baru (sedangkan saya masih di dalam imigrasi dimana banyak bis-bis yang sedang parkir menunggu para penumpangnya berurusan dengan imigrasi), maka saya pun nekat untuk menunmpang sebuah BAS PEKERJA dari Singapore menuju ke Malaysia. Ya, saya hanya nekat naik ke dalam bis tanpa lapor supir dan tak tahu ke arah mana bis ini akan melaju. Sepanjang perjalanan, saya amati tujuan dan arah bis, ternyata memang benar, ke Johor Baru. Tetapi tak lama kemudian, penunjuk arah yang ada di jalan tiba-tiba berubah menjadi Kulai, dan arah Johor Baru digambarkan memutar balik. Saya pun cuek, dalam hati saya, “Ah semoga saja bis ini nantinya malah langsung menuju KL”.

 Setelah satu per satu penumpang turun, tinggallah saya 1 dari 4 penumpang dalam bis yang belum turun. Kemudian supir bis bertanya pada saya (yang kebetulan duduk di deretan depan). “Hendak turun mana kau, bang?”, kata kapten bas (supir). Karena saya bingung mau menjawab apa, saya pun menjawab : “Saya sebenarnya mau ke KL, bang. Saya kira bis ini menuju KL, sepertinya tadi saya salah naik bas di imigasi (ngeles,haha). Lalu bagaimanaya bang? Ya sudah, saya turunkan di sini saja deh bang ...“. Akhirnya, saya pun diturunkan di pinggir jalan besar dan hanya membayar 3RM sebagai ongkos dari Imigrasi Malaysia. Saya membaca tulisan-tulisan setempat, ternyata saya berada di daerah Kulai. Saya buka peta yang saya bawa, ternyata Kulai tak jauh berada dari Johor Bahru, tetapi sudah beda kota. Akhirnya saya mencari 7eleven terdekat dan bertanya-tanya tentang cara menuju KL ke orang-orang di sekitaran sana. Akhirnya, saya mendapat petunjuk utnuk menuju ke terminal Lakin di Kulai, Johor untuk bisa melanjutkan dengan bis besar ke Kuala Lumupur. Untuk menuju ke terminal Lakin, saya harus naik bus dari situ. Saya ikuti saran tersebut, kemudian saya menunggu bis di pinggir jalanuntuk menuju ke terminal Lakin.
Setelah saya menunggu 20-25 menit ternyata bus tak kunjung datang, saat itu memang sudah larut malam, pukul 21.30. tiba-tiba ada sebuah mobil van berhenti menghampiri saya. Di dalamnya terdapat seorang pria dengan istrinya (mungkin) dan kedua anaknya. Mereka bertanya hendak ke mana saya. Saya pun menjawab hendak ke KL, melalui terminal Lakin. Lalu mereka berbicara bahasa mandarin dan kemudian menawarkan jasa untuk mengantarkan saya ke terminal tsb. Saya pun berterima kasih dan setuju.

Sesampainya di terminal, saya hanya disuruh membayar 2RM kepada mereka. Dan alhamdulillah, di antara counter-counter tiket yang sudah pada tutup karena larut malam, tinggal ada sebuah counter yang buka. Penjaga nya adalah seorang anak kecil seorang diri. Ketika saya tanya masih adakah tiket menuju KL malam ini, dia pun menelpon dan bertanya pada ibunya (mungkin perusahaan ini milik orang tuanya), ternyata masih ada, kemudian saya bayar sejumlah 40RM sesuai apa yang dibilang anak tsb. Menurut saya harga ini termasuk mahal jika dari Johor Baru, sewajarnya sekitar 28-30RM.
Setelah bus datang dan saya masuk ke dalam bus, alangkah kagetnya saya ternyata bus yang saya naiki adalah kelas Super VIP, dengan jarak antar penumpang sekitar 1,5 meter, kursi reclining seat elektronik dan di bagian paling belakang bis tersedia kasur untuk tidur (tentunya harga tiket untuk tidur berbeda). Di dalam bis juga tersedia FREE Wifi, sehingga walapun saat itu pulsa saya sedang habis, saya bisa tetap connect ke Internet dan terhubung ke jejaring sosial yang saya punya dan mengabari beberapa teman saya di FB.

Perjalanan terasa sangat nyaman dan cepat, saat saya terbangun, saya sudah berada di Puduraya pukul 3.00 pagi di hari berikutnya. saya pun turun dari bus dan segera mencari rumah makan SHUKRON di dekat Pudu raya tempat langganan saya. Setelah itu, saya berjalan jalan di sputaran Chinatown untuk sekedar menjawab rasa penasaran saya bagaimana kondisi dan setting Petaling street di dini hari. Karena sebelumnya, saya mendengar bahwa Petaling Steet juga diindikasikan sebagai tempat transaksi prostitusi. Namun, yang saya lihat sangat bertolak belakang, Tak ada aktivitas perdagangan seedikitpun.

Selanjutnya, timbul masalah baru, karena saya sangat ngantuk sekali dan tidak ada tempat untuk tidur, akhirnya saya berniat untuk tidur di taman kota depan Puduraya. Tetapi ternyata semua bangku sudah penuh dengan pengembara dan gelandangan yang ada. Ada satu bangku yang kosong tetapi dekat dengan preman-preman yang sedang mabuk-mabukan. Yah, saya pun nekat saja duduk dekat preman tsb. Seiring berjalannya waktu, karena saya tidak nyaman untuk tidur (sambil duduk) di situ, maka saya pun pindah tempat ke samping restoran SHUKRON. Di situ banyak gelandangan tidur beralskan koran, saya pun menemukan ada satu alas koran yang nganggur dan saya nekat untuk duduk di sana, tetapi belum ada 30 detik saya duduk, saya sudah diusir oleh seorang yang ada di sana. Yasudah, kemudian saya pindah tempat duduk lagi, setelah berkeliling, saya menemukan tempat duduk yang kosong, tetapi tidak bisa digunakan untuk tidur, hanya untuk duduk. Yah, terpaksa deh saya tidur sambil duduk selama kurang lebih 2 jam sambil menunggu LRT pertama beroperasi... 

Day 9 (Midvalley, Padang Merdeka, Putrajaya)


Hari ini rencana saya sebenarnya saya akan pergi ke Genting ditemani oleh adek kelas saya di SMA: Osa Prakoso yang kebetulan kuliah di LimKokWing University dan bertempat tinggal di daerah Cyberjaya. Tetapi karena dia tiba-tiba berhalangan, maka saya pun memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri ke mall (yang katanya) no.2 terbesar se-Kuala Lumpur : Mid Valley Mall. Untuk menuju ke Mid Valley Mall, sayaharus ke KL sentral dulu dan berganti kereta menjadi Commuter Line (kereta biasa) dari LRT yang ada. Commuter line ini frekuensi nya lebih jarang daripada LRT, yakni tiap setengah jam sekali, walaupun begitu, susana di dalam kereta tak jauh berbeda, tetap saja berkualitas, modern, dan bersih.

Setelah sampai di Mid Valley Mall, sayapun menjelajah isi di dalam mallnya, ada GSC (Gold Screen Cinema), toko gitar, dan banyak toko-toko lainnnya di sana. Selain MidValley mall, ada juga The garden Mall, mall elite yang sama besarnya dengan MidValley. Kedua mall ini dihubungkan  dengan sebuah jembatan penghubung.













Setelah puas berjalan-jalan di mall, saya pun melanjutkan perjalanan ke arah masjid Jamek. Dari masjid jamek ini, saya berencana untuk melihat Padang Merdeka, atau dalam bahasa kita bisa dibilang “Lapangan Merdeka”. Padang ini terletak tak jauh dari masjid Jamek, dari Masjid Jamek kita hanya perlu berjalan sekitar 300 meter ke arah Jalan Raja. Kemudian, dari padang merdeka ini, kita juga bisa melihat sebuah gedung dengan arsitektur yang luar biasa di depan Padang merdeka, yakni Gedung Sultan Abdul Samad. Bangunan ini menggambarkan bangunann khas kolonial Inggris. Jika kita teruskan perjalanan, kita juga akan menemukan Museum Tekstil dan museum Kuala Lumpur di seberangnya. Di sebelah padang Merdeka, kita juga bisa menemukan Perpustakaan Kuala Lumpur yang amat besar. Sayangnya, pada saat saya berkunjung ke sana, waktu sudah sore, sehingga museum dan perpustakaan sudah tutup dan tidak boleh dikunjungi wisatawan. Setelah puas berfoto di sekitaran Padang Merdeka dan Gedung Sultan Abdul Samad, saya pun kembali ke Apartemen, karena malam ini akau pergi ke Putrajaya dilanjutkan dengan pergi ke Singapore mengunjungi teman saya yang kuliah  di NTU Singapore.























Malam harinya, saya diantar Nafi menggunakan mobil, pergi ke Putrajaya. Di sini, satu hal yang sangat berkesan di pikiran saya adalah : ARSITEKTUR YANG LUAR BIASA. Bagaimana tidak, Putrajaya adalah pusat pemerintahan Malaysia, berisi perdana Menteri dan Kementrian-Kementrian yang ada di bawahnya. Bangunannya dibuat sangat megah dan indah, tidak sembarangan. Bahkan 2 jembatan yang menghubungkan ke putrajaya pun sudah sangat indah, bagaikan  jembtan San Franscisco yang ada di Amerika sana. Di sini ada juga masjid apung, masid yang dibuat di pinggir danau yang sangat indah. Pemandangan di Putrajaya sangat bagus dan artistik, tak cukup digambarkan dengan kata-kata saja. Selanjunya biarkan foto yang berbicara ya,hehehe :D















Setalah puas berfoto dari Putrajaya, kemudian perjalanan saya lanjutkan untuk membeli tiket bis ke Singapore melalui Terminal Bis “Bandar Tasik Selatan”. Dari stesen Bukit Jalil, hanya selisih 2 stesen. Setelah  mendapatkan tiket untuk ke Singapore seharga 42RM pukul 11.00 dengan perusahaan Konsortium Bas Ekspress (perusahaan yang cukup terkenal di sana, selain Transnasional, KKKL, dsb). Saya pun berangkat menuju Sinapore pukul 11.00. Sepanjang perjalaan, saya habiskan dengan istirahat dan mendengarkan musik. Kebetulan saya juga bersebelahan dengan backpackers asal Taiwan juga, dia juga sendirian dan kita sempat sedikit mengobrol saat perjalanan.